Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Falsafah Kalembo Ade dalam Perspektif Sosiologi: (Tinjauan Masyarakat Mbojo)

Foto: Penulis, Izul Monta Kehidupan bersosial dalam masyarakat tidak terlepas dari berbagai macam dinamika, baik yang memiliki muatan nilai-nilai positif maupun negatif. Hal ini tentu kemudian tidak terlepas dari berbagai ragam karakter masing-masing individu yang berada dalam kelompok masyarakat. Dalam masyarakat Mbojo (Bima) pada khususnya dinamika-dinamika dalam kehidupan bersosial tidak terlepas dari muatan nilai-nilai falsafah yang kemudian menjadi pegangan hidup serta diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu falsafah yang terlahir dari Rahim neneng moyang masyarakat Mbojo (Bima), ungkapan yang disampaikan dari mulut ke mulut kemudian menjadi cikal bakal masyarakat Bima sampai dengan saat ini adalah ungkapan “kalembo ade”. Ungkapan kalembo ade merupakan ungkapan yang unik serta produktif dan dapat digunakan dalam berbagai konteks. Ungkapan ini yang sering kemudian disampaikan sebagai suntikan suplemen dalam menyejukkan kehidupan bersosial. Ungkapan kalemb...

Mengakar pada Pendidikan Islam: "Pendidikan Islam di Era Milenial"

Foto: Penulis Izul Islamudin Dinamika era revolusi industri 4.0 tentu menuntut kita sebagai kaum akademisi, organisatoris harus hadir dalam ruang-ruang berdialektika kemudian mengejawantahkan dalam kehidupan bersosial. Ruang berdialektika yang tidak terikat oleh ruang-ruang hampa, ada gagasan dan ide konstruktif tidak hanya kita pahami secara tekstualnya, akan tetapi bagaimana kontekstualnya. Dalam kaitannya denga pendidikan islam, pendidikan yang penginternalisasikan nilai-nilai islam harus menjadi pilar utama dala m pembentukan manusia yang cerdas secara spiritual, intelektual dan emosional serta berkarakter. Menjadi manusia yang cerdas serta berkarakter tidak kemudian semudah yang dipikirkan. Akan tetapi, harus melalui pendidikan secara kontinu yaitu melalui pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Ki Hajar Dewantara). Karena pada prinsispnya, hakikat pendidikan berbicara tentang konfigurasi manusia sebagai subjek. Sehingga kemudian manusia sebagai implementator sekaligu...